Rabu, 25 Juli 2007

Ratusan Hektare Tanaman Kopi Robusta Beralih Fungsi Jadi Tanaman Kakao

Ratusan hektare lahan Perkebunan Kopi Robusta yang sudah puluhan tahun menjadi tanaman petani di Kecamatan Tigalingga Dairi, kini beralih fungsi menjadi lahan kebun tanaman kakao atau dikenal penduduk setempat tanaman kopi coklat.

Pantauan wartawan, Senin, (23/7) di Desa Tigalingga Laumil, Batuardan dan Desa Kedebrek, Kecamatan Tigalingga Dairi, lahan tanaman kopi robusta yang membentang dan dulunya menjadi primadona, sekarang sudah berubah menjadi perkebunan tanaman kakao atau kopi coklat.

Menurut J Ginting, dan R. Tarigan petani Tanaman kakao di Desa Tigalingga kepada wartawan mengatakan 2 tahun lalu, mereka menebangi pohon Ttnaman Kopi Robusta dan dialihkan menjadi lahan perkebunan kakao.

Di antara petani sudah 3 tahun dan sebagian 2 tahun warga berlangsung mengalihkan tanaman itu, namun belum ada tanda-tanda usaha Pihak Dinas Perkebunan Dairi untuk mencegah agar petani tidak mengalihkan lahannya menjadi kebun tanaman kakao.

Hal yang sama dikatakan L. Sinaga, salah seorang warga Desa Laumil, mengatakan, sudah seharusnya pemerintah mendata kembali secara akurat seberapa luas lahan perkebunan kopi robusta yang produktif di Tiga Lingga, jangan lagi berpatokan kepada data lama, hal ini sangat penting karena menyangkut berbagai aspek.

Bukan hanya di Kecamatan Tiga Lingga saja lahan tanaman kopi robusta sudah beralih fungsi menjadi tanaman kakao. Pantauan wartawan di lapangan, Senin, (23/7), juga di Kecamatan Gunung Stember, Tanah Pinem Siempat Nempu Hulu, sudah dipastikan yang dulunya lahan tanaman kopi robusta sudah banyak dirubah menjadi kebun tanaman kakao.

Menurutnya, petani tidak bisa disalahkan karena selain dihitung untung ruginya jauh lebih untung kalau lahan itu dijadikan kebun tanaman kakao. Kalau bibit kopi robusta yang ditanam ketika panen, biji buahnya harganya sering anjlok atau tidak menentu harga di pasaran oleh permainan tengkulak.

Paling penting lagi tidak ada tindakan tegas dari pemerintah kepada petani yang mengalihkan lahan tanaman kopi robusta kepada lahan tanaman kakao, walaupun di areal itu subur tanaman kopi robusta, kata petani. sumber: www.analisadaily.com , 25 juli 2007

Petani Jagung di Bertungen Dijerat Tengkulak

Selama puluhan tahun, petani jagung terus dililit aksi para tengkulak. Masyarakat bukan tak ingin mencoba keluar dari jeratan itu namun kemampuan melawan tak kuat.

Akibatnya, warga Desa Bertugen tetap dalam lembah kemiskinan padahal usia perkampungan itu sudah relatif dewasa, 61 tahun silam.

Demikian dikatakan Loni boru Girsang (70) tokoh masyarakat pada acara mempererat tali persaudaraan penduduk Dusun Tanjung Beringin Desa Bertungen Kecamatan Tigalingga dengan Ir Tagor Sinurat MSc Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dairi.

Loni yang diakui sebagai “sipukka huta” (perintis perkampungan-red) mengatakan, ketika musim tanam tengkulak datang bagi malaikat yang memuja-muji masyarakat. Mereka Pedagang menebar senyum saat penyerahan berbagai kebutuhan pertanian semisal bibit dan pupuk.

Bahkan, mereka siap mendahulukan semua permintaan termasuk mengolah tanah (traktor-red). Namun, di balik kesan peduli, harga yang dikenakan sungguh jauh dibanding harga pasar.

Selanjutnya, kala panen tiba, semuanya dihitung dan jadilah petani bekerja sebagai kuli di lahan sendiri. Kondisi itu membuat ekonomi rakyat terus terpuruk dari tahun ke tahun. Sekilas, di permukiman tersebut hanya beberapa rumah permanen sebagai indikator ketertinggalan.

Selain faktor modal, ujar Loni, hal itu tidak terlepas dari tidak tersedianya infrastruktur jalan yang memadai. Dulu memang sarana penghubung di sana pernah diaspal tetapi sekarang konstruksinya rusak parah dan berlubang-lubang serta tak pernah diperbaiki. Situasi itu membuat ongkos angkut kian berat.

Beberapa warga kepada wartawan menerangkan, kalau dihitung dengan biaya yang dikeluarkan, harga saat ini Rp1.400 per kilogram tak lagi menggairahkan. Petani hanya mengusap air mata sebaliknya, tengkulak tertawa ria.

Begitu panen, utang dihitung, kalau untung dibilangin punya uang sekain tetapi kalau rugi, toke meninggalkan bon rincian. Kalau beberapa bulan lalu harga melambung sampai Rp2.000, masih lumayanlah, ini cuma Rp1.200-1.400 gimana bisa makmur. Biaya beli bibit 1 zak (5 kg) saja sudah Rp200 ribu, apa nggak mati, keluh warga.

Ir Tagor Sinurat mengatakan, penyediaan fasilitas umum merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah. Karenanya, semua aspirasi itu akan direspon melalui langkah konkrit secara bertahap mengingat banyaknya permintaan masyarakat.

Menurutnya, sudah saatnya pemerintah lebih berkonsetrasi pada pemenuhan dasar sarana pedesaan berupa pendidikan, kesehatan jalan, air dan irigasi sebab desalah menjadi sentra sandang pangan.

DIRIKAN PABRIK

Khususnya menyangkut komoditas jagung yang terbelenggu ijon, ia akan mendiskusikannya dengan dinas terkait serta PT Bank Sumut di mana dari ujicoba yang dilakukan, petani di Desa Tampuk Hite Kecamatan Gunung Sitember kini petani mulai bernafas lega atas peran serta perbankan.

PT Bank Sumut hanya mengenakan bunga 8 persen per enam bulan di mana melalui kucuran kredit, petani juga memperoleh sertifikat atas tanahnya.

Selanjutnya, guna menstabilkan harga atau mencari peluang prospektif, kata Tagor, masalah ini bisa diatasi melalui pendirian pabrik pengolahan pakan ternak.

Dairi merupakan sentra jagung di Sumut. Dengan demikian sudah layak membangun sebuah pabrik pengolahan pakan ternak di mana hasilnya langsung dipasarkan kepada konsumen lokal dan selebihnya dipasok ke kabupaten tetangga. sumber: www.analisadaily.com , 25 juli 2007

Petani Mengeluh, Pupuk Subsidi Langka di Dairi

Petani di Dairi mengeluhkan keberadaan pupuk bersubsidi jenis SP 36 yang akhir-akhir ini langka pasaran dan kalaupun ada jumlahnya sangat terbatas, serta harganya relatif mahal.

Saya sudah mencari pupuk itu kemana-mana, bahkan hampir setiap agen saya datangi, namun jawabannya sudah habis, kata, Petani di Dairi, Senin (23/7).

Menurut Osmar Sihotang (45), James Lumban gaol, warga desa Paribue, Kecamatan Pegagan Hilir, Rizal Sagala, Elpa Berutu warga Desa Berampu Kecamatan Berampu Dairi dan juga petani lainnya mengaku bingung karena pupuk jenis SP 36 itu sangat dibutuhkan untuk menyuburkan lahan garapan sawah di musim tanam tahun ini dan merupakan pupuk yang terbaik.

Sehubungan dengan dibutuhkannya pupuk jenis tersebut, para petani terpaksa membeli pupuk jenis lainnya yang kualitasnya kurang bagus untuk menghidupi tanamannya yang kini sudah berusia 10 hari dan sebagian 20 hari.

Kalau juga ada pupuk SP 36 di pasaran harganya melambung tinggi dan kami tak mampu untuk membelinya, keluh Osmar Sihotang.

Hilangnya pupuk SP 36 di pasaran, menurut Osmar Sihotang, sudah berlangsung lama sehingga ia terpaksa memakai pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman padinya. Kondisi yang sama juga dialami petani di Kecamatan Sumbul, menurut petani di sana, pupuk jenis SP 36 tidak dijumpai di seluruh agen pupuk yang ada di Dairi dan Sumbul.

Mereka menduga kelangkaan pupuk bersubsidi itu disebabkan ulah oknum distributor yang menjualnya ke perusahaan perkebunan dengan harga tinggi.

Sementara menjual pupuk di Kecamatan Pegagan Hilir, R. Girsang maupun di Sumbul, mengaku sudah beberapa bulan tidak menerima pasokan pupuk SP 36 dari penyalur yang dihunjuk Dinas Terkait ata Dinas Pertanian Dairi.

Banyak petani yang datang ke sini kecewa karena tidak ada pupuk SP 36, katanya, karena itu dengan terjadinya kekurangan pupuk tersebut, pihak petani sangat mendambakan pupuk SP 36 di Dairi. sumber: www.analisadaily.com , 25 juli 20007

Selasa, 24 Juli 2007

Selamat Datang Di Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi secara geografis terletak diantara 98'00`-98'30` BT dan 2015` - 3000` LU. Secara administratif terdiri dari 15 kecamatan dengan 161 desa dan 8 kelurahan dengan ibukota kabupaten yaitu Sidikalang. Luas wilayah Kab. Dairi adalah 192.780 km2 dengan jumlah penduduk Kab. Dairi akhir tahun 2004 adalah sebanyak 271.521 jiwa. Kabupaten dairi terdiri dari 15 Kecamatan, diantaranya yaitu: 1.SIDIKALANG 2.SITINJO 3.BERAMPU 4.PARBULUAN 5.SUMBUL 6.SILAHISABUNGAN 7.SILIMA PUNGGA – PUNGGA 8.LAE PARIRA 9.SIEMPAT NEMPU 10.SIEMPAT NEMPU HULU 11.SIEMPAT NEMPU HILIR 12.TIGALINGGA 13.GUNUNG SITEMBER 14.PEGAGAN HILIR 15.TANAH PINEM Sebahagian besar penduduk yang mendiami kabupaten dairi menggantungkan hidup sebagai petani, dan potensi hasil pertanian yang paling besar dari kabupaten dairi yaitu tanaman kopi robusta, durian, juga berbagai macam hasil pertanian tanaman keras lainnya. Dari Sektor Pariwisata, Taman Iman merupakan objek wisata rohani lintas agama yang saat ini sudah banyak di kenal luas dikalangan masyarakat Sumatera Utara. Selain kaya akan potensi sumber daya pertanian, di Kabupaten Dairi juga memiliki sumber daya alam yang tak kalah potensial, yakni pertambangan dolomit.

Salah satu lokasi pertambangan dolomit Dairi terdapat di Desa Kaban Julu Kecamatan Lae Parira dengan kuantitas tinggi. Diperkirakan, lahan gundukan batuan seluas kira-kia 1 hektar itu masih dapat ditambang untuk keperluan sekitar 50 tahun ke depan.